Saturday 16 May 2015

Seni adalah Doa

disadur dari http://www.matakubesar.com/2015/03/seni-adalah-doa.html
Foto: Imatakubesar

Di sudut halaman Kang Tisna Sanjaya yang hijau, terdapat plastik-plastik besar bening diisi udara sehingga masing-masing membentuk balon.  Semua disusun, digantung-gantung di besi tower,setiap balon plastik bening itu ada tulisan singkat, diantaranya,”Seni adalah Doa”, “Agama adalah helaan Nafas”, “Yang Maha Suci”, “Yang Maha Penyayang”, dan banyak lagi.  Kata Kang Tisna, udara-udara yang memenuhi balon plastik ini berisi hembusan doa-doa dari orang-orang.  Performingnya dilakukan di Singapura beberapa minggu yang lalu, ikatannya dibuka dan udara doa ini pun akan terbang dan dibebaskan ke langit secara bersamaan.  Diharapkan doa-doa ini akan menyebar dan sampai pada Zat-nya.  Ini sebuah proses spiritual simbolik keprihatinan Kang Tisna pada kejadian beberapa bulan lalu tentang penembakan pada pimpinan redaksi Charlie Hebdo.  Dia menjelaskan, bahwa dia tidak setuju tindakan kekerasan yang selalu mengatas namakan agama, begitupun dengan Charlie Hebdo yang kerap melakukan lelucon dan mengusik kepercayaan sebuah agama.  Menurutnya, kedua nya salah, pihak Charlie Hebdo melecehkan setiap kepercayaan tapi bukan berarti tindakan menegur dengan kekerasan bisa dibenarkan.

Saya kembali berfikir ulang tentang “seni adalah doa” ini, tingkat kedekatannya dari mana.  Akhirnya, coba-coba browsing tentang arti seni dan arti doa dan proses spitualnya seperti apa.  Bagaimana orang memperlakuan doa maupun seni dalam kehidupan sehari-harinya.  Penyambung kata “adalah” diantara seni dan doa, bukan seni atau doa, keduanya tidak ada pilihan, tapi keduanya menjadi satu jiwa, satu tindakan, satu rasa, satu kehidupan. 

Foto: Imatakubesar

Seni asal kata dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan, persembahan dan pelayanan.   Seni, lahir dari kesungguhan.  Sebuah karya lahir dari refleksi dan merangkum keadaan yang terjadi di sekitarnya lalu muncul menjadi sebuah bentuk yang memberi sebuah pesan, cerita maupun berita.  Dalam bentuk karya ini ada harapan dan suara yang ditebarkan ke bumi, seperti benih-benih yang ditanamkan pada ladang.  Seni lahir dari cinta, ia mengirim pesan dan mengikat ingatan.  Melalui seni, kita bisa memahami kehidupan, meluaskan sudut pandang, mampu menghimpun kebaikan juga kejahatan.  Karena seni menyatukan energi yang sama.  Seni adalah hati, dapat merangkul, memahami, merangkum, meramu kegelisahan sekelompok manusia lalu membungkus dan menyatukan energi.  Seni seperti untaian doa, ia keluar dari setiap “rumah-rumah” manusia dan membentuk semesta. 
Dalam Islam, doa adalah memohon, sebuah permintaan langsung kepada Allah agar diberikan kebaikan, keberkahan, kemudahan, kesehatan, jalan keluar dari kesulitan dan lain-lain.  Bisa berarti pengharapan dan perubahan kearah lebih baik. Doa, lahir dari kesungguhan diri manusia, pemeliharaan dan penghargaan agar bisa berkolaborasi dengan semesta membentuk sebuah kehidupan. 

Seni adalah Doa.  Doa adalah Seni.  Dalam seni ada proses hidup, refleksi, harapan dan kesungguhan, dalam doa pun ada proses, refleksi, lalu muncul harapan diri pada kebaikan. Ketika doa mengalir, disana manusia berada dalam titik sadar ada kekuatan diatas kekuatan, bahwa kekuatan manusia ada zat penentu. Melalui seni ada komunikasi antar diri dan lingkungannya, melepaskan semua batas untuk mencapai sebuah harapan yang menyebar dan menular.  Seni dan doa lahir dari kesungguhan, kesungguhan adalah cinta, cinta dapat menjadi fondasi dan menumbuhkan karakter.  Cinta tentulah mestinya menebarkan benih dan melahirkan sesuatu yang baik, menumbuhkan kehidupan dan kebahagiaan dari kesungguhan dalam menjalankan setiap dentingnya. 

Dalam karya Kang Tisna ini, melahirkan simbol kesederhanaan namun tangguh dan mengikat harapan.  Karyanya seperti merangkum jejak waktu dan perjalanan yang menjadi fondasi tumbuh kuat, lalu menyebar sari-sari harapan bermuara dari hati dan pikiran. 

Sumber:

http://www.alquran-syaamil.com/2013/11/arti-dan-kekuatan-doa-menurut-islam.html 

No comments:

Post a Comment