Tuesday 16 May 2017

Berwisata ke Sungai Silau, Dari Asahan ke Tanjung Balai

 Sumber : https://www.semedan.com/2016/06/berwisata-ke-sungai-silau-dari-asahan-ke-tanjung-balai.html


Pernah mendengar Sungai Silau? Sungai Silau merupakan sungai besar yang membentang dari ujung selatan Kabupaten Asahan, bermuara di Kota Tanjung Balai untuk selanjutnya mengalir ke Selat Malaka. Bagi masyarakat Tanjung Balai, Sungai Silau memiliki posisi tersendiri dalam sejarah terbentuknya kota tersebut.
Menurut sejarah, ketika Kesultanan Aceh dan Kesultanan Asahan bertemu untuk mengadakan perjanjian perdamaian, Sultan Iskandar Muda yang saat itu memimpin Aceh memerintahkan mendirikan balai  di atas sebuah tanjung yang menjadi muara Sungai Silau sekaligus pertemuan antara aliran sungai Silau dengan sungai Asahan. Balai itulah yang menjadi cikal bakal terbentuknya Kota Tanjung Balai.
Sungai Silau merupakan sungai terbesar kedua setelah sungai Asahan dan memiliki peranan penting bagi kehidupan masyarakat yang dilaluinya. Meski bermuara di Kota Tanjung Balai, namun sungai besar yang airnya berwarna kuning kecoklatan ini  berasal dari salah satu pengunungan Bukit Barisan.
Dari segi manfaat, Sungai Silau memberikan hasil bumi yang melimpah. Sebut saja tambang pasir, ikan, kerang dan sebagainya. Pada zaman dahulu, Sungai Silau dijadikan jalur transportasi air. Bahkan penduduk setempat percaya bahwa Sungai Silau memendam harta karun peninggalan masa kejayaan Tanjung Balai sebagai kota pelabuhan di masa lalu.
Hulu sungai Silau diketahui berasal dari salah satu pegunungan Bukit Barisan lebih tepatnya dari hutan lindung Tormatutung Asahan register 1/A, Kecamatan Bandar Pasir Mandoge, Kabupaten Asahan. Jika menilik google map, jarak antara Kecamatan Bandar pasir Mandoge dengan Kota tanjung Balai dimana sungai Silau bermuara sekitar 73 Km. Maka dapat dikatakan bahwa sungai Silau mengaliri tanah Asahan mulai dari ujung selatan hingga utara dan bermuara di Tanjung Balai.

Sebagai salah satu sungai yang memiliki peranan penting bagi kelangsungan kehidupan serta kekayaan alam Kabupaten Asahan dan Kota Tanjung Balai, Sungai Silau menyajikan wisata alam yang indah. Baik masyarakat Asahan maupun Kota Tanjung Balai banyak memanfaatkan keindahan Sungai Silau untuk dijadikan objek wisata. Berikut ini adalah beberapa destinasi wisata di sepanjang Sungai Silau.

Replika Rumah Balai



Bangunan ini berada di tanjung tempat pertemuan antara muara sungai Silau dan Aliran sungai Asahan. Lebih tepatnya di ujung tanjung, Jalan Asahan, Kecamatan Indra Sakti, Kota Tanjung Balai. Didirikannya bangunan ini bertujuan untuk mengenang sejarah asal mula berdirinya Kota tanjung Balai sebagaimana cerita di atas.
Meski hanya berupa replika, namun keberadaan rumah balai tersebut seharusnya dapat menjadi identitas kota Tanjung Balai yang pernah juga menjadi kota terpadat se-Asia Tenggara. Namun sayangnya pemerintah kota kurang menunjukkan komitmennya dalam melestarikan sejarah Kota mereka. Walhasil bangunan itu terlihat tidak menarik karena kurang terawat dan banyak sampah berserakan.

Lomba Perahu Naga

 Setiap tanggal 17 Agustus, pemerintah Kota Tanjung Balai mengadakan lomba perahu naga yang dapat diikuti oleh masyarakat Kota Tanjung Balai dan sekitarnya. Setiap peserta akan berlomba mendayung perahu yang telah dihias sedemikian rupa bak naga, mengarungi aliran sungai Silau.


Friday 14 October 2016

Anak Adalah Aktor : Bebas Berekspresi dan Berimprovisasi

Oleh : NANA SUKMANA
Sumber : galamedianews.com


MANUSIA adalah aktor dalam sebuah pertunjukan besar bernama kehidupan dunia. Setiap manusia, harus mampu memainkan perannya sesuai dengan naskah/skenario yang telah dibuat oleh sang penulis naskah perjalanan hidup, yakni Sang Superkreator, Allah Swt. Orang yang sukses yaitu mereka yang berhasil menjalankan peran dalam pentas kehidupan dengan baik dan tidak keluar dari skenario-Nya, Alquranul Karim.
Keluarga adalah wadah atau organisasi seni peran yang terdiri atas para aktor, sutradara, musisi, penata kostum, penata artistik, dan penata cahaya. Orangtua adalah sutradara yang harus mengarahkan sang aktor agar mampu menjalankan  perannya sebagaimana yang tertulis dalam skenario.
Anak adalah calon-calon aktor yang harus dipersiapkan untuk menjadi pemeran utama dalam pentas kehidupan mereka masing-masing. Mereka harus mampu menunjukkan akting yang berkualitas agar sukses menjadi aktor hebat sarat prestasi dalam pentas superbesar.
Oleh karena itu, mereka harus ditempa berbagai ilmu pengetahuan tentang seni drama kehidupan, mulai dari olah vokal, olah pendengaran, olah penglihatan, olah tubuh, dan olah rasa. Mereka juga harus belajar membaca naskah,  memahami dan memaknai naskah –baik yang bersifat dialog maupun monolog– menjiwai peran yang akan dan harus dimainkannya sesuai naskah, serta belajar menguasai panggung. Selain itu, aktor pun harus belajar mengenal setting, musik, suasana, dan pencahayaan yang akan turut berpengaruh pada kekuatan pentasnya.
Hal yang paling penting dan tidak dapat diabaikan, sang aktor harus menurut pada setiap arahan sutradara dan tidak boleh keluar dari skenario. Kendati demikian, aktor tetap mempunyai kebebasan untuk berekspresi, mengeksplorasi seluruh kemampuannya, dan berimprovisasi selama masih berada dalam lingkaran skenario.
Orangtua yang berperan sebagai sutradara dalam pertunjukan kehidupan anak-anaknya, harus mengarahkan anak-anaknya dengan pola pembiasaan (latihan) yang terus menerus. Tanpa latihan, aktor sehebat apa pun tidak akan tampil secara maksimal.
Olah vokal. Vokal merupakan modal dasar bagi aktor. Dalam pendidikan keluarga, olah vokal bagi seorang anak harus ditafsirkan sebagai tarbiyatul lisan,  belajar menjaga lisan. Keluarga sebagai kawah candradimuka harus mampu membentuk anak yang memiliki lisan yang baik. Setiap anak sejak lahir harus diperkenalkan dan diarahkan untuk mengucapkan kata-kata yang baik (qaulan kariman), berkata-kata benar (qaulan siddiqan), dan tetap menjaga artikulasi pengucapan sehingga kata-katanya menjadi sangat tegas dan bisa dipahami (qaulan syadidan).
Dalam tahap berikutnya anak harus dilatih untuk menjaga agar setiap ucapannya mempunyai makna bagi dirinya (qaulan tafaqqah), memiliki kedalaman, menyenangkan, tidak menyakiti lawan biacaranya atau siapa pun yang mendengarnya, dan selalu mengandung makna positif serta jiwa optimistis.  Hal ini sesuai dengan yang diucapkan Rasulullah saw, “Siapa pun di antara kalian yang mengaku sebagai orang beriman hendaklah mengucapkan kata-kata yang baik. Jika tidak bisa, maka diamlah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tentu saja pola pelatihan ini harus melalui metode keteladanan. Anak akan merekam semua yang diucapkan orangtua; semua yang dilihat, didengar, dan dialaminya akan disimpannya dalam hardisc (otak), sehingga suatu saat nanti setelah dewasa, anak akan membuka memori dan mempraktikkan apa yang didapatnya dari orangtua. Masa ini, dalam ilmu psiskologi disebut dengan fase imitasi. Dengan demikian, pada masa inilah pola pendidikan melalui pembiasaan dan keteladan sangat akurat karena daya serap otak anak sangat kuat. Kita boleh jujur pada diri sendiri, kapan kita mengenal angka satu? Kapan kita tahu bahwa satu ditambah satu sama dengan dua? Kapan kita mulai hapal di luar kepala kelima sila dalam Pancasila berikut lambang-lambangnya? Ayat Alquran yang kita ucapkan dalam salat lima waktu, kapan kita hapal? Pasti kita menjawab, “Waktu sekolah di SD”. Semua peristiwa di masa kecil akan terekam dengan jelas sampai seseorang memasuki masa tua.
Olah pendengaran. Sebagai sutradara, orangtua harus membimbing anaknya agar memiliki pendengaran yang bagus. Potensi kemampuan pertama yang dimiliki manusia setelah lahir adalah pendengaran (sam’a) lalu diikuti oleh penglihatan (abshar) dan perasaan (af-idah). Orangtua harus melatih dan membiasakan anak-anaknya hanya untuk mendengar hal-hal yang baik. Itulah sebabnya dalam ajaran Islam, ungkapan kalimah tayibah diperdengarkan sejak anak lahir. Artinya, kata-kata yang dia dengar dari orangtua dan keluarganya hanyalah kata-kata yang baik, bermakna, bergairah, menyenangkan, optimistis, dan kata-kata yang memacu semangat hidup.
Anak yang selalu mendengar kata-kata kasar dan makian, akan tumbuh menjadi anak-anak yang kasar, keras hati, pemarah, dan cenderung menjadi pembangkang. Sebaliknya anak yang selalu mendengar kata-kata yang lembut dan baik, bernada positif, mengandung optimisme, dan menggairahkan, akan tumbuh menjadi anak yang ramah, santun, pandai menghargai orang lain, dan selalu optimistis.
Olah penglihatan. Mata merupakan salah satu alat indera yang paling penting. Oleh karena itu, orangtua harus mampu memanfaatkan ketajaman indera mata anak-anaknya karena mata pun mampu merekam semua peristiwa, baik yang jelek maupun yang baik, yang kemudian akan diteruskan ke otak dan disimpan dalam memori. Stimulus apa pun, baik benda, warna, maupun peristiwa yang dilihat mata akan terekam secara baik. Kita tahu bentuk gelas, piring, meja, dan buku merupakan hasil rekaman (persepsi) mata kita.
Jika setiap hari penghilahatan (mata) anak disuguhi peristiwa-peristiwa negatif, tindak kekerasan, pelecehan seksual, pornoaksi, kesewenang-wenangan, dal lain-lain, maka setelah dewasa dia akan menjadi orang yang cenderung bersikap kasar, agresif (menyerang), mendominasi orang lain, keras kepala, dan tinggi hati.
Olah tubuh. Olah tubuh dan olah raga agak sedikit berbeda, tetapi keduanya mempunyai objek yang sama, yakni tubuh/fisik kita. Olah tubuh memiliki dua dampak positif bagi anak-anak. Pertama, anak-anak akan tumbuh menjadi sosok yang sehat. Islam menganjurkan anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara fisik dan jiwa. Rasulullah mengajarkan anak-anak pada masa itu belajar menunggang kuda dan memanah, bukan semata-mata untuk bela diri melainkan untuk kebugaran dan kesehatan. W.R. Supratman pun menyadari hal itu, sehingga beliau mengatakan untuk mengisi kemerdekaan ini, setiap warga harus membangun jiwa dan raga. Jiwa dahulu, baru raga. Secara implisit lagu "Indonesia Raya" mengandung makna pendidikan budi pekerti dan kesehatan/kebugaran.
Kedua, olah tubuh berkaitan dengan gesture, bahasa tubuh (body language). Orangtua yang berperan sebagai sutradara akan memaksimalkan pengetahuan tentang bahasa tubuh pada anaknya. Dia tidak akan mengajarkan cara berjalan yang loyo yang menunjukkan kelemahan, tetapi juga tidak akan mengajarkan cara berjalan yang menunjukkan sikap arogan, sebagaimana yang diingatkan Allah, “Janganlah kalian berjalan di muka bumi ini dengan langkah yang menunjukkan kesombongan”. (QS. Luqman : 18) 
Sutradara yang baik akan mengajarkan ekspresi keramahan yang tulus ikhlas, tutur sapa yang santun,  penglihatan/tatapan lembut penuh kasih sayang, dan pendengaran tajam yang tertuju pada kebaikan. “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya kelak pasti akan dimintai tanggung jawabnya”. (QS. Al Isra : 36)

Sunday 7 February 2016

Istana Niat Lima Laras ( Saksi Sejarah Yang Terabaikan )


Inilah Istana Niat Lima Laras. Sebuah situs peninggalan sejarah masyarakat Melayu pesisir. Istana ini lebih dikenal dengan nama Lima Laras. Meskipun namanya tidak sebesar dan tenar dari Istana Maimun di Medan, namun Istana yang dibangun pada tahun 1907 dan selesai 1912 ini, menyimpan kisah perjalanan dan perjuangan bangsa Indonesia, dimasa penjajahan Belanda. Terutama perjuangan masyarakat Melayu ketika itu.Mengunjungi dan melihat langsung kondisi Istana Lima Laras di Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara seakan berada di masa lalu. Tak heran Istana penuh nostalgia dan kenangan, ini masih dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun manca negara, ketika memasuki hari libur dan hari-hari besar. Menuju Istana Lima Laras butuh waktu lebih kurang 3 jam dari pusat Kota Medan, atau lebih kurang 120 km melalui jalan darat Medan menuju Kabupaten Batubara. Sejarah dan awal berdirinya Istana Lima Laras inipun semakin seru untuk ditelusuri.Sesuai dengan namanya, Istana Lima Laras berada di Desa Lima Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batu Bara, Sumatra Utara. Walaupun sedikit terlihat usang, namun Istana Lima Laras masih berdiri kokoh, ditengah keberagaman dan kemajuan zaman saat ini. Bahkan umur Istana inipun telah mendekati 1 abad. Namun sayang istana yang sempat megah disepanjang abad 20 ini, kurang mendapat perhatian serius sebagai situs peninggalan sejarah budaya Melayu dan bangsa Indonesia .
Warna hijau dan sedikit kelihatan kusam pada bangunan Istana Lima Laras, seolah menjadi icon kemegahan Istana. Namun sayang itu hanya sebuah kiasan belaka. Bila kita memasuki bahagian dalam Istana Lima Laras ini, kondisinya sangat memprihatinkan. Lantai dan dinding bangunan Istana masih berbahan kayu, dan hampir sebahagian sudah lapuk tanpa perawatan bahkan rusak termakan usia. Padahal sesungguhnya bangunan Istana ini, sangat  mengagumkan. Hampir keseluruhan bahan bangunan Istana, menggunakan kayu ukiran bernuansa Melayu. Keseluruhan dinding, jendela, dan pintu, bentuknya sangat unik dan menakjubkan karena penuh dengan lukisan dan ukiran yang cantik.

Wednesday 27 January 2016

Tari Serampang 12 Sergai Raih Rekor MURI

Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Ir H Tengku Erry Nuradi MSi mengapresiasikan Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) yang telah melaksanakan pagelaran Tari Serampang 12 yang diikuti 4.320 siswa-siswi se-Sergai. Tarian Serampang 12 yang dilaksanakan Sergai memecahkan Rekor MURI yang sebelumnya diraih Kota Medan tahun 2009.
"Kita beri apresiasi yang tinggi kepada Pemerintàh Kabupaten serdang Bedagai dan seluruh stakeholder yang telah menyelenggarakan pagelaran Tari Serampang 12 dengan penari terbanyak dan telh memecahkan Rekor MURIi," kata Erry Nuradi saat menghadiri acara Pagelaran Tari Serampang 12 dalam rangka HUT Kabupaten Serdang Bedagai ke 12, Rabu (6/01), di Lapangan Sepakbola Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.
Turut hadir pada acara tersebut Ketua dan anggota DPRD Kabupaten Serdang Bedagai dan unsur FKPD Kabupaten serdang bedagai, Kepala Dinas Pariwisata Sumut Elisa Marbun, para kepala SKPD kabupaten Sedang Bedagai, tokoh masyarakat Ir Soekirman, koordinator Sumut USAID Prioritas dan anggota, tim penilai Muri Osman Semesta Susilo dan para siswa-siswi dari 17 kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai.
Menurut Erry, kegiatan pagelaran Tari Serampang 12 dalam rangka HUT ke 12 Kabupaten Serdang Bedagai bukan hanya sekedar pertunjukkan seni tari dan budaya, juga meriah Rekor MURI, melainkan memiliki makna luas untuk menanamkan rasa kecintaan masyarakat khususnya generasi muda terhadap budaya bangsa yang maha karya sekaligus dapat menumbuhkan semangat melestarikan dan membangun budaya bangsa sebagai bangsa yang berkarakter.
Pada kesempatan itu, Erry menghimbau kepada seluruh masyarakat Serdang Bedagai, untuk lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Karena saat ini masyarakat dihadapakan pada era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA), agar bisa bersaing dengan negara lain.
"Tentunya masyarakat harus bsrkualitas dan innovatif. Jangan sampai kita hanya jadi penonton di negeri sendiri, melainkan harus bisa menjadi pemain," ujar Erry.
Erry juga berpesan kepada Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai untuk terus melestarikan adat budaya lokal yang merupakan warisan kekayaan bangsa. Dia berpesan, agar pada hari Jumat, para siswa-siswi mamakai pakaian tradisional Sergai, yakni teluk belanga, sebagai bentuk kecintaan umtuk melestarikan adat budaya lokal.
Sementara itu, Pj Bupati Serdang Bedagai, Ir Alwin Sitorus MSi mengajak seluruh masyarakat, agar pagelaran tari serampang 12 yang dilaksanakan tahun 2016 ini sebagai momentum terbaik pembinaan seni budaya dan pendidikan yang dapat menumbuhkan rasa memiliki masyarakat terhadap Kabupaten Sergai serta Tari Serampang 12.
"Melalui pentas ini diharapkan kita akan semakin mengetahui sekaligus memahami ragam budaya Sergai terkhusus Tari Serampang 12 yang diciptakan asli putra Serdang Bedagai yang telah meluas ke seluruh wilayah dan telah menjadi warisan budaya nasional," sebutnya.
http://www.ceritamedan.com/2016/01/tari-serampang-12-sergai-raih-rekor-muri.html

Tuesday 19 January 2016

Air Terjun Ponot (Keindahan Alam Asahan)

Kabupaten Asahan dikenal atas sungai Asahan yang mengalir jauh hingga ke Selat Malaka. Dimana salah satu asal aliran Sungai Asahan tersebut berasal Air Terjun Ponot. Air terjun adalah aliran air yang jatuh dari ketinggian menuju dasar sungai membentuk seperti kolam.
Mengunjungi tempat pemandian Air Terjun Ponot bisa menjadi salah satu alternatif mengisi liburan. Objek wisata yang terletak di Desa Tangga, Kecamatan Aek Song-Songan, Sumatera Utara ini menawarkan pemandangan yang masih sangat asri. Hutan hijau dan air mengalir dari ketinggian 250 meter melewati celah bebatuan besar menciptakan kesejukan di bawah permukaan air.
Selain menjadi objek wisata, air terjun ini juga dimanfaatkan sebagai generator utama pembangkit listrik Kabupaten Asahan. Derasnya air yang jatuh ke dasar sungai akan terasa menyegarkan meskipun terik membakar hari. Berbeda dengan air terjun pada umumnya, air terjun ini memiliki tiga tingkatan sebelum akhirnya jatuh ke dasar air. Hal tersebut menjadi pelengkap keindahan Air Terjun Ponot. Fasilitas yang terdapat di tempat ini belum terlalu banyak, hanya ada beberapa penjual tenda yang menyediakan makanan dan pakaian ganti bagi Anda yang tidak membawa pakaian ganti.

Untuk mencapai puncak jatuhnya air terjun, Anda harus berjalan kaki melewati terjal bebatuan alam kasar. Perlu berhati-hati karena ruas jalan yang tidak terlalu lebar dapat membuat Anda tergelincir bila sedang ramai. Jangan khawatir, si sisi kanan akan terdapat bebatuan besar untuk menjadi pegangan. Anda dapat mengunjungi tempat ini diakhir pekan maupun hari libur panjang sebab akan lebih menyenangkan jika tempat ini sedang ramai.

Terdapat dua jalan yang dapat ditempuh untuk sampai ke lokasi ini. Pertama, Anda dapat melewati akses Medan-Tebing Tinggi-Kisaran hingga akhirnya memasuki simpang Pulau Raja. Butuh waktu kurang lebih 3 jam dari simpang Pulau Raja, jalanan belum sepenuhnya mulus sebab akan ada bebatuan halus di tengah perjalanan. Sebelum sampai Anda akan menemukan PTPN 4 dan disuguhkan dengan pemandangan Air Terjun yang juga aliran dari Air Terjun Ponot seperti Air Terjun Bedeng dan Si Gura-Gura. Kedua, Anda dapat melewati akses Medan-Siantar-Parapat-Porsea yang kemudian memasuki daerah Aek Song-Songan. Melewati jalan kedua ini, di sepanjang perjalanan Anda akan disuguhkan dengan pemandangan danau yang indah sehingga Anda tidak akan merasa kebosanan.

Air yang masih jernih dan dingin menjadi alasan mengapa banyak pengunjung yang datang meskipun lokasinya jauh dari pusat kota. "Menurut saya pemandangan disini bagus, Airnya deras, jernih, dan dingin. Oke lah pokoknya," ungkap Dini, yang merupakan salah satu pengunjung di tempat ini.
Bila penasaran, Anda dapat merasakan kesejukan Air Terjun Ponot dengan memasuki permukaan air, tentu saja hawa dingin yang menyegarkan menusuk badan. Meski membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai ke tempat ini, tetapi semua itu akan terbayarkan dengan keindahan yang mempesona dan menyejukkan.

***http://www.ceritamedan.com***

Wednesday 13 January 2016

Masjid Agung Ahmad Bakrie

Masjid Agung Ahmad Bakrie Kisaran terletak di pinggir jalan lintas Sumatera, tepatnya di seberang kantor Bupati Asahan.

Masjid ini resmi digunakan sebagai tempat ibadah pertama kali pada hari Rabu tanggal 5 Agustus 2015 Masehi, bertepatan dengan pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat Provinsi Sumatera Utara.
Acara peresmian penggunaan ditandai dengan sholat Zuhur berjamaah bersama Bupati Asahan, H. Taufan Gama Simatupang disertai silaturahmi Pemkab Asahan bersama SKPD, FKUB, Forkopinda, tokoh masyarakat dan agama, camat, lurah dan kades bersama ratusan masyarakat.

Masjid termegah di Asahan ini mulai dibangun sejak tahun 2011. Dikuti dari situs resmi Pemkab Asahan, peletakan batu pertama pembangunan dilakukan oleh Abu Rizal Bakrie.







Masjid ini berdiri di atas lahan eks HGU PT Bakrie Sumatra Plantations (BSP) seluas empat hektar dengan empat menara dan dua lantai. Jika dilihat dari kejauhan mesjid ini memiliki desain model bangunan yang mirip dengan Taj Mahal di India. Disebutkan juga, bahwa dana pembangunannya bersumber dari APBD Asahan dan sumbangan umat muslim. Bertindak sebagai ketua BKM Jaya Prana Sembiring dan Imam Besar HM Syafii.

http://www.armansyah.my.id

Wednesday 6 January 2016

FlashBack Kebahagiaan yang hilang (melalui permainan anak)

Mau tidak mau,suka tidak suka dengan semakin berkembangnya teknologi yang begitu pesat hingga merambah wilayah daerah/pedesaan, semakin menjadikan alasan sebuah kepraktisan salah satu sebab mengapa banyak anak2 yang enggan melakukan permainan tradisional. Dengan ketergantungan mereka akan permainan2 yg lebih modern & berteknologi, seorang anak berpikir tanpa perlu ketergantungan dengan orang lain. Maksudnya mereka bisa bermain sendiri tanpa harus mencari teman seperti halnya permainan tradisional yang membutuhkan beberapa pemain (2 atau lebih pemain).
Sepintas memang terlihat tdk begitu mengkhawatirkan dan para orang tua juga merasa lebih senang karena kalo anak2 mereka tidak bermain yang berbahaya atau membuat baju jadi kotor. Padahal dengan membiarkan anak2 tenggelam dalam permainan yang berbau teknologi tsb akan merusak mental&perkembangan jiwa mereka. Sehingga akan tumbuh menjadi seorang yang egois serta individualis dan enggan bekerja keras karena sudah terpola berpikir praktis.
Kenapa?karena dalam permainan tradisional secara tidak langsung akan mengajari mereka untuk lebih kreatif, hidup bersosialisasi, kekompakan, dan melatih fisik (seperti halnya berolahraga). Ada berbagai macam permainan tradisional diantaranya:

Layangan

Permainan layangan ini sangat begitu mengasyikkan, karena kita dituntut supaya gigih agar layangan tersebut bisa naik tinggi ke langit. Saya bukan saja senang menaikkan layangan tersebut ke langit tetapi juga pandai untuk membuatnya. Menaikkan layangan ini juga membutuhkan sedikit teknik, agar layangan itu dapat dikontral naik ke atas dan menghindari menukit ke bawah.

Layangan ini juga membutuhkan tali yang sesuai dengan daya tegangannya, agar benang tidak terlalu kendor ataupun putus saat sudah melayang ke atas. Benang yang terlalu kendor mngakibatkan menurunnya ketinggian layangan, sedangkan benang yang putus disebakan karena benang tersebut terlalu tipis sehingga tidak mampu menahan tegangan saat angin berhembus kencang ataupun saat benang bergesekkan dengan benang layangan orang lain. Hal yang menyebalkan, apabila layangan tidak bisa naik karena mesti di atur dulu regangan di “taraju”  itu bahasa di daerah Minang kampung saya. Atau saat layangan naik tapi malah nyangkut di pohon ataupun di tiang listrik, lebih parahnya saat layangan itu putus, kalau mau kembali layangan mesti jadi pelari marathon yang bisa juara satu ditambah lagi pandai panjat tebing kalau layangannya putus nyangkut di pohon atau di atas rumah orang. Itulah sedikit cerita saat aku main layangan dulu.