Saturday 18 April 2015

" KELUARGA KU INSPIRASIKU "




aku terlahir dari  keluarga yang sederhana ,aku anak perempuan  sendiri,anak ke   3 dari 4 bersaudara,punya 2 orang abang & adik  yg masih duduk di bangku SMP. Kehidupan kami selalu bahagia, walaupun hidup kami sederhana tapi kami di bahagiakan dengan kasih sayang dari kedua orang tua kami.saya sekolah di  salah 1 SMK yg ada di  kisaran, & begitu   banyak masalah yang saya hadapi,dari tahun ke tahun setiap mau ujian mama saya harus datang ke sekolah supaya saya bisa dapat  kartu ujian ,,,karena Uang SPP yang selalu telat  bayar,kdang saya sedih kalau mamak di marah"i sama bendahara sekolah di depan orang banyak ,muka'y keliatan malu,( bner" ku rasakan pngorbanan seorang ibu),,,sempat terfikir olehku untuk berhenti sekolah. namun ibu dan ayah selalu menguatkan ku agar aku tetap melanjutkan pendidikan.                                      
 Aku harus kuat ngejalani pahit nya  selama masa2 di sekolah,tunjukan & buktikan ke ayah & mamak kalau  aku gak akan menyia2kan pengorbanan ayah & mamak selama ini, Dan alhamdulilah sekarang aku udah selesai sekolah & gak akan pernah ku lupakan perjuangan kedua orang tuaku  selama ini,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,


quote:  {  jgn sepele ma pekerja'an ortu kita ,kuat , sabar , & yakin lw kita akan di beri jalan keluar oleh  allah dari berbagai masalah yg kita hadapi,& hargai lh perjuangan ortu kita,jangan sampai pengorbanan ortu kita sia" tanpa  hasil,,,, }

( do'a ku smoga bisa jadi kebanggan keluarga & membahagiakan mereka )

by: Relawan SPJ

Tuesday 14 April 2015

Annemie In Buitengewesten FIlm By Eddie Karsito

Film By Eddie Karsito


“Wij nog steeds hebben familie hier, maar weet niet de exacte,” kata Annemie, gadis belia nan cantik asal Belanda. Ia mengaku punya keluarga di Kisaran Asahan Sumatera Utara, tetapi tak tahu persisnya.

“Ik kwam hier uitvoering van onze voorouders lijk as te worden begraven met haar dochter in de Buiten Gewesten,” Annemie menjelaskan, sambil menyerahkan dua kotak abu jenazah leluhurnya Dirck-Margreet, agar dimakamkan disamping makam putrinya Arabella Van Dirck yang telah lebih dulu meninggal sebelum kepulangannya ke Belanda di tahun 1933.

 “Annemie in Buiten Gewesten” adalah potret cerita silam, kini dan esok, yang menyoal “Toean Keboen”  dan “Koeli Kontrak” di era kolonial Belanda. Tentang manusia Jawa, yang terdorong menjadi buruh perkebunan di Sumatera Timur. Melahirkan peradaban baru (akulturasi budaya) menjadi ”Jawa Deli” atau ”Pujakesuma” (Putra Jawa Kelahiran Sumatera). Tentang cinta terlarang sang Noni, anak “Toean Keboen” dengan pemuda Jawa tampan, pemain Sandiwara tradisi (Ludruk), di Keboen Goerah Batoe Asahan.

Tentang indahnya destinasi wisata Arung Jeram Sungai Asahan, yang banyak diminati rafter profesional internasional. Arung Jeram Sungai Asahan menempati posisi ketiga tersulit di dunia setelah sungai zambesi di Afrika dan sungai Colorado di Amerika.





Ringkasan Cerita

ANNEMIE (22 tahun), adalah warga negara Belanda, mahasiswi Universiteit van Amsterdam, jurusan ilmu sejarah, seni dan budaya. Ia datang ke Indonesia (Kisaran, Tanjung Balai Asahan, Batubara) dalam rangka studi/observasi melengkapi penyusunan tesis program S2 untuk mendapat gelar Magister Humaniora.


ANNEMIE tertarik dengan deskripsi mengenai budaya suku bangsa di luar Eropa yang masih tradisional dan merupakan sisa kebudayaan kuno. Ia ingin meneliti berbagai adat-istiadat, sistem kepercayaan, struktur sosial dan kesenian dari berbagai suku yang tersebar di wilayah nusantara, dari masa sebelum dan sesudah penjajahan Belanda. Tentang kolonialisme bangsa Eropa atas negara–negara di Afrika, dan Asia dalam usaha mencari sumber daya alam baru, khususnya rempah-rempah yang sangat dibutuhkan masyarakat Eropa pada saat itu.

MARWOTO : Seni Tradisi Tidak Berdiri Sendiri



Aktor komedian Marwoto, menganalogikan seni tradisi bagai ulir (spiral ring binder) yang harus diurut dan diruntut. “Seperti ulir kawat, seni tradisi itu harus diurut dengan telaten (sabar) dari atas ke bawah, melingkar-lingkar, tanpa terputus,” ungkapnya kepada galamedianews.com, di sela-sela shooting film layar lebar ‘Lamaran’ di kawasan Tanjung Barat Jakarta Selatan, Minggu (12/04/2015).

Seni tradisi katanya, merupakan konstruksi kreatif yang melibatkan banyak hal. “Tidak berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang saling terkait. Yaitu sinergi antara itikad para seniman dalam mempertahankan kemurnian seni tradisi, kemudian regulasi dari pemerintah, serta respon tren masyarakat sekarang,” papar komedian yang popularitasnya sempat menanjak ketika sering tampil di acara komedi Ketoprak Humor (RCTI) ini.

Jika seni tradisi ingin tetap eksis, kata Marwoto, harus ada upaya inovatif  yang memberi keseimbangan bagi tumbuh kembangnya seni tradisi. Budaya manusia, kata dia, bukan sesuatu yang stagnan (berhenti). Ia berkembang sesuai tuntutan zaman yang didasarkan atas kebutuhan hidup manusia.

“Jadi memang perlu ada kompromi. Semacam kolaborasi antara seni tradisi dan seni masa kini, seni modern. Masing-masing memberi kontribusi. Sementara nilai-nilai seni tradisi tetap bisa dipertahankan, dengan kemasan gaya hidup sekarang,” kata seniman yang pernah membintangi film Soegija (2012), dan film Ambilkan Bulan (2012) ini.

Kesenian tradisi berbasis budaya daerah dengan kearifan lokal, seperti wayang, ludruk, ketoprak, lenong, sandiwara bangsawan, musik karawitan dan kesenian lainnya, kini semakin tidak populis dan ditinggalkan. “Padahal kesenian tradisi pada umumnya tidak semata-mata berkesenian. Tapi ada nilai-nilai yang dikedepankan. Seperti rasa kebersamaan, persaudaraan, gotong-royong, solidaritas dan sportivitas, rasa saling menghargai dan menghormati. Kalau sekarang berkesenian sebatas kerja, sekedar profesi,” tukas aktor panggung Ketoprak dan Ludruk ini.

Di film ‘Lamaran’  bergenre komedi yang disutradarai Monty Tiwa ini, Marwoto berperan sebagai Basuki, seorang politisi yang tersandung masalah korupsi. Selain Marwoto film ini dibintangi Acha Septriasa, Tora Sudiro, Eddie Karsito, Dwi Sasono, Cok Simbara, Mak Gondut, Restu Sinaga, Project Pop, Wike Widowati, Ari Kriting, Reza Nangin, Sacha Stevensoon, Mongol, dan para artis lainnya./***

Jakarta, 14 April 2015

Friday 10 April 2015

Melalui Film Kenalkan “Budaya Asahan” pada Dunia




Nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini merupakan warisan budaya sangat kaya. Ia merupakan modal dasar dalam pembentukan jatidiri dan karakter bangsa. “Oleh karena itu, diperlukan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal tersebut dengan cara menghidupkan kembali dan menempatkannya dalam konteks kekinian,” kata aktor senior dan budayawan Pong Hardjatmo, pada acara ‘Bincang Kearifan Budaya Asahan’, yang berlangsung di Rumah Seni Pemersatu Jiwa Humaniora Foundation, Kranggan Permai, Cibubur Jakarta, Kamis (09/04/2015).

Nilai-nilai tersebut, kata Pong, dapat dilihat dari tradisi berbagai suku bangsa di Indonesia, seperti budaya gotong-royong, budaya disiplin, budaya tepat waktu, rela berkorban, saling menghormati dan toleransi. “Kekayaan kultural ini harus menemukan bentuknya yang sesuai dengan kekinian. Sebab bila tidak ia hanya akan menjadi cerita masa lalu,”  tukasnya.


‘Bincang Kearifan Budaya Asahan’ ini menjadi salah satu rangkaian acara dalam upaya pelestarian budaya daerah; ‘Kenalkan Budaya Asahan Pada Dunia’ yang digagas Komunitas Seni Pemersatu Jiwa dan Humaniora Foundation. Selain Pong Hardjatmo, hadir narasumber lain, diantaranya, aktor dan aktris senior, Dorman Borisman dan Yati Surachman, serta aktor, seniman dan budayawan asli putra daerah Asahan, Eddie Karsito.

Dorman Borisman dalam paparannya mengatakan, tentang pentingnya peran budaya dalam membangun sebuah negara. Dalam konteks budaya, kata Dorman, Asahan adalah wilayah yang sangat akomodatif dan terbuka. Selama berabad-abad wilayah ini menjadi destinasi bangsa-bangsa Eropa (Belanda) dan Asia (China, India), terutama Asia Tenggara yang menciptakan bentuk budaya baru (akulturasi).

“Dari sini terjadi dinamika hubungan antar etnik, antar bangsa, antar budaya, antar agama, meninggalkan jejak-jejak positif yang berpengaruh terhadap karakteristik bangsa. Misalnya pemahaman terhadap rasa persatuan, saling pengertian, toleransi, empati, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ujarnya.  

Film Sebagai Penyangga Budaya
Keragaman dan keunikan budaya Asahan inilah kemudian mendorong para seniman Asahan yang tergabung di Seni Pemersatu Jiwa untuk memproduksi film layar lebar. “Bincang kearifan budaya Asahan’ ini menjadi titik awal rencana pembuatan film budaya ‘Annemie in Buitengewesten’ yang shootingnya akan dilakukan di Asahan bulan Juli 2015 mendatang. Dibintangi para artis nasional, dan internasional populer, serta ratusan pemain lokal; Kisaran, Tanjung Balai, Batubara, Labuhan Batu, dan Medan Sumatera Utara,” terang Eddie Karsito, yang bertindak sebagai sutradara dan penulis cerita.

Bupati Asahan, Drs. Taufan Gama Simatupang, M.AP, dalam sambutannya secara tertulis menyampaikan, bahwa media film dapat menjadi salah satu penyangga budaya. Media komunikasi menarik dan efektif untuk menyampaikan segala bentuk pesan. Dengan pembuatan film yang menggambarkan keindahan alam dan kebudayaan setempat hal ini akan menambah minat masyarakat luar untuk datang berkunjung ke Asahan. “Saya menyambut baik rencana itu. Pembuatan film itu dapat lebih memperkenalkan keindahan alam dan keanekaragaman budaya di Asahan. Sehingga menambah ketertarikan masyarakat luar untuk datang berkunjung, yang pada akhirnya akan menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat di Asahan,” ujar Taufan Gama./***

Jakarta, 10 April 2015





Thursday 9 April 2015

Kenalkan Asahan Pada Dunia

Ini adalah nilai-nilai kita, pikiran kita, kata-kata kita, dan tindakan kita. - “KENALKAN BUDAYA ASAHAN PADA DUNIA.”…..

Para aktor dan aktris senior PONG HARDJATMO, DORMAN BORISMAN, EDDIE KARSITO dan YATI SURACHMAN, serta designer kreatif FAJAR DARMANTO, mendeklar gerakan budaya berbasis kearifan lokal. Diawali mengusung kearifan budaya lokal: (Budaya Asahan; meliputi budaya kawasan Tanjung Balai, Kisaran, Batubara dan sekitarnya) di Sumatera Utara. Deklarasi berlangsung di Rumah ||SENI PEMERSATU JIWA & HUMANIORA FOUNDATION||Jl. Melati Raya BS. 39 No. 32 Perumahan Kranggan Permai Cibubur, Jakarta, Kamis 9 April 2015.


Acara ini menjadi titik awal rencana pembuatan film budaya “Annemie in Buitengewesten” yang shootingnya akan dilakukan di Asahan bulan Juli 2015 mendatang. Dibintangi para artis nasional & internasional populer, serta ratusan pemain lokal; Kisaran, Tanjung Balai, Batubara, Labuhan Batu, dan Medan Sumatera Utara.
Mari bergabung bersama 1000 relawan budaya : “KENALKAN BUDAYA ASAHAN PADA DUNIA” Come to Asahan (Tanjung Balai-Kisaran-Batubara). Nature and culture are very awesome.
 CINTAILAH BUDAYAMU||dan hargai budaya orang lain||

||SENI PEMERSATU JIWA & HUMANIORA FOUNDATION||
Jalan Syech Ismail II No. 12 Kelurahan Teladan Kisaran Timur
Asahan Sumatera Utara 21222
email : senipemersatujiwa@gmail.com


INFORMASI LEBIH LANJUT HUBUNGI :
Kak Asrial Mirza : 0813.6223.8770
Kak Bibie : 0813.6168.9103