Friday 10 April 2015

Melalui Film Kenalkan “Budaya Asahan” pada Dunia




Nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki bangsa ini merupakan warisan budaya sangat kaya. Ia merupakan modal dasar dalam pembentukan jatidiri dan karakter bangsa. “Oleh karena itu, diperlukan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal tersebut dengan cara menghidupkan kembali dan menempatkannya dalam konteks kekinian,” kata aktor senior dan budayawan Pong Hardjatmo, pada acara ‘Bincang Kearifan Budaya Asahan’, yang berlangsung di Rumah Seni Pemersatu Jiwa Humaniora Foundation, Kranggan Permai, Cibubur Jakarta, Kamis (09/04/2015).

Nilai-nilai tersebut, kata Pong, dapat dilihat dari tradisi berbagai suku bangsa di Indonesia, seperti budaya gotong-royong, budaya disiplin, budaya tepat waktu, rela berkorban, saling menghormati dan toleransi. “Kekayaan kultural ini harus menemukan bentuknya yang sesuai dengan kekinian. Sebab bila tidak ia hanya akan menjadi cerita masa lalu,”  tukasnya.


‘Bincang Kearifan Budaya Asahan’ ini menjadi salah satu rangkaian acara dalam upaya pelestarian budaya daerah; ‘Kenalkan Budaya Asahan Pada Dunia’ yang digagas Komunitas Seni Pemersatu Jiwa dan Humaniora Foundation. Selain Pong Hardjatmo, hadir narasumber lain, diantaranya, aktor dan aktris senior, Dorman Borisman dan Yati Surachman, serta aktor, seniman dan budayawan asli putra daerah Asahan, Eddie Karsito.

Dorman Borisman dalam paparannya mengatakan, tentang pentingnya peran budaya dalam membangun sebuah negara. Dalam konteks budaya, kata Dorman, Asahan adalah wilayah yang sangat akomodatif dan terbuka. Selama berabad-abad wilayah ini menjadi destinasi bangsa-bangsa Eropa (Belanda) dan Asia (China, India), terutama Asia Tenggara yang menciptakan bentuk budaya baru (akulturasi).

“Dari sini terjadi dinamika hubungan antar etnik, antar bangsa, antar budaya, antar agama, meninggalkan jejak-jejak positif yang berpengaruh terhadap karakteristik bangsa. Misalnya pemahaman terhadap rasa persatuan, saling pengertian, toleransi, empati, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ujarnya.  

Film Sebagai Penyangga Budaya
Keragaman dan keunikan budaya Asahan inilah kemudian mendorong para seniman Asahan yang tergabung di Seni Pemersatu Jiwa untuk memproduksi film layar lebar. “Bincang kearifan budaya Asahan’ ini menjadi titik awal rencana pembuatan film budaya ‘Annemie in Buitengewesten’ yang shootingnya akan dilakukan di Asahan bulan Juli 2015 mendatang. Dibintangi para artis nasional, dan internasional populer, serta ratusan pemain lokal; Kisaran, Tanjung Balai, Batubara, Labuhan Batu, dan Medan Sumatera Utara,” terang Eddie Karsito, yang bertindak sebagai sutradara dan penulis cerita.

Bupati Asahan, Drs. Taufan Gama Simatupang, M.AP, dalam sambutannya secara tertulis menyampaikan, bahwa media film dapat menjadi salah satu penyangga budaya. Media komunikasi menarik dan efektif untuk menyampaikan segala bentuk pesan. Dengan pembuatan film yang menggambarkan keindahan alam dan kebudayaan setempat hal ini akan menambah minat masyarakat luar untuk datang berkunjung ke Asahan. “Saya menyambut baik rencana itu. Pembuatan film itu dapat lebih memperkenalkan keindahan alam dan keanekaragaman budaya di Asahan. Sehingga menambah ketertarikan masyarakat luar untuk datang berkunjung, yang pada akhirnya akan menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat di Asahan,” ujar Taufan Gama./***

Jakarta, 10 April 2015





No comments:

Post a Comment