Nilai-nilai kearifan
lokal yang dimiliki bangsa ini merupakan warisan budaya sangat kaya. Ia
merupakan modal dasar dalam pembentukan jatidiri dan karakter bangsa. “Oleh karena
itu, diperlukan revitalisasi nilai-nilai kearifan lokal tersebut dengan cara
menghidupkan kembali dan menempatkannya dalam konteks kekinian,” kata aktor
senior dan budayawan Pong Hardjatmo, pada acara ‘Bincang Kearifan Budaya
Asahan’, yang berlangsung di Rumah Seni Pemersatu Jiwa Humaniora Foundation,
Kranggan Permai, Cibubur Jakarta, Kamis (09/04/2015).
Nilai-nilai tersebut,
kata Pong, dapat dilihat dari tradisi berbagai suku bangsa di Indonesia,
seperti budaya gotong-royong, budaya disiplin, budaya tepat waktu, rela
berkorban, saling menghormati dan toleransi. “Kekayaan kultural ini harus
menemukan bentuknya yang sesuai dengan kekinian. Sebab bila tidak ia hanya akan
menjadi cerita masa lalu,” tukasnya.
‘Bincang Kearifan
Budaya Asahan’ ini menjadi salah satu rangkaian acara dalam upaya pelestarian
budaya daerah; ‘Kenalkan Budaya Asahan Pada Dunia’ yang digagas
Komunitas Seni Pemersatu Jiwa dan Humaniora Foundation. Selain Pong Hardjatmo,
hadir narasumber lain, diantaranya, aktor dan aktris senior, Dorman Borisman
dan Yati Surachman, serta aktor, seniman dan budayawan asli putra daerah
Asahan, Eddie Karsito.
Dorman Borisman dalam
paparannya mengatakan, tentang pentingnya peran budaya dalam membangun sebuah
negara. Dalam konteks budaya, kata Dorman, Asahan adalah wilayah yang sangat
akomodatif dan terbuka. Selama berabad-abad wilayah ini menjadi destinasi
bangsa-bangsa Eropa (Belanda) dan Asia (China, India), terutama Asia Tenggara
yang menciptakan bentuk budaya baru (akulturasi).
“Dari sini terjadi
dinamika hubungan antar etnik, antar bangsa, antar budaya, antar agama,
meninggalkan jejak-jejak positif yang berpengaruh terhadap karakteristik
bangsa. Misalnya pemahaman terhadap rasa persatuan, saling pengertian,
toleransi, empati, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,”
ujarnya.
Film Sebagai Penyangga
Budaya
Keragaman dan keunikan
budaya Asahan inilah kemudian mendorong para seniman Asahan yang tergabung di
Seni Pemersatu Jiwa untuk memproduksi film layar lebar. “Bincang kearifan
budaya Asahan’ ini menjadi titik awal rencana pembuatan film budaya ‘Annemie in
Buitengewesten’ yang shootingnya akan dilakukan di Asahan bulan Juli 2015
mendatang. Dibintangi para artis nasional, dan internasional populer, serta
ratusan pemain lokal; Kisaran, Tanjung Balai, Batubara, Labuhan Batu, dan Medan
Sumatera Utara,” terang Eddie Karsito, yang bertindak sebagai sutradara
dan penulis cerita.
Bupati Asahan, Drs.
Taufan Gama Simatupang, M.AP, dalam sambutannya secara tertulis
menyampaikan, bahwa media film dapat menjadi salah satu penyangga budaya. Media
komunikasi menarik dan efektif untuk menyampaikan segala bentuk pesan. Dengan
pembuatan film yang menggambarkan keindahan alam dan kebudayaan setempat hal
ini akan menambah minat masyarakat luar untuk datang berkunjung ke Asahan.
“Saya menyambut baik rencana itu. Pembuatan film itu dapat lebih memperkenalkan
keindahan alam dan keanekaragaman budaya di Asahan. Sehingga menambah
ketertarikan masyarakat luar untuk datang berkunjung, yang pada akhirnya akan
menguntungkan bagi pemerintah dan masyarakat di Asahan,” ujar Taufan Gama./***
Jakarta, 10 April 2015
No comments:
Post a Comment