Aktor komedian Marwoto,
menganalogikan seni tradisi bagai ulir (spiral ring binder) yang harus diurut
dan diruntut. “Seperti ulir kawat, seni tradisi itu harus diurut dengan telaten
(sabar) dari atas ke bawah, melingkar-lingkar, tanpa terputus,” ungkapnya
kepada galamedianews.com, di
sela-sela shooting film layar lebar ‘Lamaran’ di kawasan Tanjung Barat
Jakarta Selatan, Minggu (12/04/2015).
Seni tradisi katanya,
merupakan konstruksi kreatif yang melibatkan banyak hal. “Tidak berdiri
sendiri. Ada banyak faktor yang saling terkait. Yaitu sinergi antara itikad
para seniman dalam mempertahankan kemurnian seni tradisi, kemudian regulasi
dari pemerintah, serta respon tren masyarakat sekarang,” papar komedian yang
popularitasnya sempat menanjak ketika sering tampil di acara komedi Ketoprak Humor (RCTI) ini.
Jika seni tradisi ingin
tetap eksis, kata Marwoto, harus ada upaya inovatif yang memberi
keseimbangan bagi tumbuh kembangnya seni tradisi. Budaya manusia, kata dia,
bukan sesuatu yang stagnan (berhenti). Ia berkembang sesuai tuntutan zaman yang
didasarkan atas kebutuhan hidup manusia.
“Jadi memang perlu ada
kompromi. Semacam kolaborasi antara seni tradisi dan seni masa kini, seni
modern. Masing-masing memberi kontribusi. Sementara nilai-nilai seni tradisi
tetap bisa dipertahankan, dengan kemasan gaya hidup sekarang,” kata seniman
yang pernah membintangi film Soegija
(2012), dan film Ambilkan Bulan
(2012) ini.
Kesenian tradisi
berbasis budaya daerah dengan kearifan lokal, seperti wayang, ludruk, ketoprak,
lenong, sandiwara bangsawan, musik karawitan dan kesenian lainnya, kini semakin
tidak populis dan ditinggalkan. “Padahal kesenian tradisi pada umumnya tidak
semata-mata berkesenian. Tapi ada nilai-nilai yang dikedepankan. Seperti rasa
kebersamaan, persaudaraan, gotong-royong, solidaritas dan sportivitas, rasa
saling menghargai dan menghormati. Kalau sekarang berkesenian sebatas kerja,
sekedar profesi,” tukas aktor panggung Ketoprak dan Ludruk ini.
Di film ‘Lamaran’ bergenre
komedi yang disutradarai Monty Tiwa ini, Marwoto berperan sebagai Basuki,
seorang politisi yang tersandung masalah korupsi. Selain Marwoto film ini
dibintangi Acha Septriasa, Tora Sudiro, Eddie Karsito, Dwi Sasono,
Cok Simbara, Mak Gondut, Restu Sinaga, Project Pop, Wike Widowati, Ari Kriting,
Reza Nangin, Sacha Stevensoon, Mongol, dan para artis lainnya./***
Jakarta, 14 April 2015
No comments:
Post a Comment