Tuesday 14 April 2015

MARWOTO : Seni Tradisi Tidak Berdiri Sendiri



Aktor komedian Marwoto, menganalogikan seni tradisi bagai ulir (spiral ring binder) yang harus diurut dan diruntut. “Seperti ulir kawat, seni tradisi itu harus diurut dengan telaten (sabar) dari atas ke bawah, melingkar-lingkar, tanpa terputus,” ungkapnya kepada galamedianews.com, di sela-sela shooting film layar lebar ‘Lamaran’ di kawasan Tanjung Barat Jakarta Selatan, Minggu (12/04/2015).

Seni tradisi katanya, merupakan konstruksi kreatif yang melibatkan banyak hal. “Tidak berdiri sendiri. Ada banyak faktor yang saling terkait. Yaitu sinergi antara itikad para seniman dalam mempertahankan kemurnian seni tradisi, kemudian regulasi dari pemerintah, serta respon tren masyarakat sekarang,” papar komedian yang popularitasnya sempat menanjak ketika sering tampil di acara komedi Ketoprak Humor (RCTI) ini.

Jika seni tradisi ingin tetap eksis, kata Marwoto, harus ada upaya inovatif  yang memberi keseimbangan bagi tumbuh kembangnya seni tradisi. Budaya manusia, kata dia, bukan sesuatu yang stagnan (berhenti). Ia berkembang sesuai tuntutan zaman yang didasarkan atas kebutuhan hidup manusia.

“Jadi memang perlu ada kompromi. Semacam kolaborasi antara seni tradisi dan seni masa kini, seni modern. Masing-masing memberi kontribusi. Sementara nilai-nilai seni tradisi tetap bisa dipertahankan, dengan kemasan gaya hidup sekarang,” kata seniman yang pernah membintangi film Soegija (2012), dan film Ambilkan Bulan (2012) ini.

Kesenian tradisi berbasis budaya daerah dengan kearifan lokal, seperti wayang, ludruk, ketoprak, lenong, sandiwara bangsawan, musik karawitan dan kesenian lainnya, kini semakin tidak populis dan ditinggalkan. “Padahal kesenian tradisi pada umumnya tidak semata-mata berkesenian. Tapi ada nilai-nilai yang dikedepankan. Seperti rasa kebersamaan, persaudaraan, gotong-royong, solidaritas dan sportivitas, rasa saling menghargai dan menghormati. Kalau sekarang berkesenian sebatas kerja, sekedar profesi,” tukas aktor panggung Ketoprak dan Ludruk ini.

Di film ‘Lamaran’  bergenre komedi yang disutradarai Monty Tiwa ini, Marwoto berperan sebagai Basuki, seorang politisi yang tersandung masalah korupsi. Selain Marwoto film ini dibintangi Acha Septriasa, Tora Sudiro, Eddie Karsito, Dwi Sasono, Cok Simbara, Mak Gondut, Restu Sinaga, Project Pop, Wike Widowati, Ari Kriting, Reza Nangin, Sacha Stevensoon, Mongol, dan para artis lainnya./***

Jakarta, 14 April 2015

No comments:

Post a Comment