Saturday 6 June 2015

MEMBANGUN OPTIMISME DALAM DIRI

Hidup memang tidak diwajibkan untuk sempurna. Dan tidak ada yang sempurna dimuka bumi. Kecuali hanya Allah swt semata. Tetapi, proses untuk berusaha menjadi yang lebih baik itulah yang wajib disempurnakan...

Seluruh amal ibadah kita, kita persembahkan kepada Allah swt dan mengharap keridhaan-Nya. Sebab, apa yang kita memiliki saat ini hanya amanah dari Allah swt. apakah kita dapat menunaikannya atau tidak. Hendaknya keridhaan Allah itu menjadi tujuan kita, tidak ada desah nafas, mulut bergerak, tangan  berayun, dan kaki melangkah kecuali kita harus mengiringinya dengan satu pertanyaan, “Apakah dengan apa yang saya ucapkan dan saya lakukan ini saya akan mendapatkan ridha Allah?”. Hingga dengan demikian Allah swt berfirman : “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam” (AL-AN’AM:162).

Ada beberapa variabel untuk membangun optimisme dalam diri kita, yaitu :
1. Husnudzan kepada Allah swt
Husnudzan atau berprasangka baik kepada Allah ini harus kita kokohkan dalam diri kita. Kita sepakat tidak ada peristiwa yang terjadi selain dengan izin dan kehendak Allah, termasuk ujian dan kesulitan yang tengah kita hadapi. Dan seorang mukmin selalu menghadapi semua ketentuan Allah itu dengan prasangka baik. Ia mempunyai prinsip bahwa apa yang menimpanya, itulah yang terbaik baginya menurut Allah. Oleh karena itu ia tidak menggeruti kepada Penciptanya, ia tidak memberontak karena keputusan Allah, dan ia selalu menatap semua ujian itu dengan senyum. Ia yakin akan mendapatkan dua keuntungan dari ujian itu :
Diangkat dan dihapuskan Allah kesalahan dan dosa-dosanya
Dan ditinggikan derajat di sisi Allah swt
“Sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum, Dia menguji mereka. Barang siapa bersabar ia mendapat (pahala) kesabarannya, dan barang siapa gundah gulana, ia (tersiksa) karena kegundahannya.”
“Sesungguhnya mengeherankan urusan seorang Mukmin, semua urusannya berakibat baik baginya, dan itu tidak terjadi kepada selain orang-orang Mukmin, jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur dan itu baik baginya. Dan jika mendapat bencana ia bersabar dan itu baik pula baginya.” (Muslim)
Husnudzan harus kita pelihara dalam diri kita. Allah tidak menghendaki dari hamba-Nya selain kebaikan, dunia dan akhirat. Jangan sampai kita celaka di dunia dan di akhirat akibat prasangka buruk kita kepada Allah . Na’udzu billah, tsumma na’udzu billah.

2. Tidak putus berdo’a
Do’a merupakan senjata orang beriman, berdo’a merupakan ibadah dan enggan berdo’a merupakan kesombongan kepada Allah swt. Salah satu contohnya adalah bangsa kita ini. Pertikaian dan permusuhan antar suku, etnis, dan antar agama, pertumbuhan ekonomi yang kian memburuk, hutang negara yang kian membumbung tinggi. Mestinya, semua itu cukup membuat kita, sebagai bangsa ambruk terkapar. Akan tetapi kenyataannya tidak. Apapun keadaannya, kita masih bisa berdiri tegak. Barang kali ada pertanyaan, “Bagaimana mana bisa?”. Kita yakin seyakin-yakinnya, itulah berkat do’a yang dipanjatkan setiap muslim di negeri ini, bahkan diseluruh dunia. Itu semua  berkat ratusa juta pasang tangan yang selalu ditengadahkan ke langit, memohon kepada Yang Maha Kuat dan Maha Perkasa, agar negeri ini dijauhkan dari kehancuran.

3. Meneladani para Nabi dan Rasul
Mereka adalah kekasih-kekasih Allah dan itu kita sepakat. Namun, ujian Allah timpakan kepada mereka begitu dahsyat. Bahkan diantara mereka ada yang mendapatkan gelar Ulul Azmi karena keberhasilan mereka dalam mengarungi ujian berat. Dan mereka tidak pernah berputus asa kepada Allah Ta’ala.
Adalah Nabiyullah Zakaria yang selalu merindkan anak, namun hingga diusianya yang mulai senja, si buah hati yang diidamkan belum kunjung datang. Akan tetapi hal itu tidak membuatnya berputus asa dan kehilangan optimisme. Zakariya, yaitu tatkala ia berdo’a kepada Allah swt dengan suara yang lembut. Ia berkata : “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang isteriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai”. (Maryam: 2-6)
Orang yang sudah tua renta, isterinya mandul. Lalu mengharapkan mempunyai anak? Rasanya mustahil itu terjadi, rasanya harapan akan tinggal harapan. Akan tetapi kekasih Allah tidak menyadarkan harapannya kepada sebab-sebab manusiawi, karena sebab-sebab itu merupakan kehendak Allah. Allah mampu menciptakan yang tiada menjadi ada. Apalagi yang sudah ada, walau usia renta dan isteri mandul. Akhirnya Allah mendengar do’anya dan melihat ketegarannya:
“Hai Zakariya, sesungguhya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelum Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia”. (Maryam : 7)

4. Beramal dan Bertawakkal
Sebab Allah tidak menurunkan emas dari langit. Kita gunakan seluruh potensi yang dikaruaniakan Allah kepada kita: “Dan katakanlah : “Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kalian akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kamu kerjakan”. (At-Taubah : 105)

Sebab tidak ada yang merubah kita selain diri kita sendiri :
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjagabya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (Ar-Radu : 11)

Akhirnya, dengan jiwa yang suci bersih, marilah kita tundukkan hati kita kepada kebesaran Allah, menengadah, mengharap akan karunia dan rahmat-Nya, untuk kita, keluarga kita, kaum muslim dan muslimat sekalian. Aamiin...

By: AA/relawan spj


No comments:

Post a Comment